Sebagian
hati saya terasa kosong setelah membacanya. Sejenak saya merasa hidup dalam
ruang yang asing, padahal sudah bertahun-tahun saya sudah hidup di tempat itu.
Kemudian saya hembuskan napas panjang, berharap otak saya kembali waras. Tidak manjur.
Saya coba lagi. Berhasil walau sedikit. Tidak apa, yang penting sduah saya
dapatakan “kesadaran” itu.
Apa
saya mengalami shock? Iya saya terkejut sekejut-kejutnya. Seperti ada listrik
jutaan watt mengalir dalam tubuh saya. Itulah kenapa sesudahnya, saya hanya
bisa terpaku, kebingungan. Saya ulangi lagi membaca dari atas, semakin ke atas
semakin hati saya teremas-remas. Tapi terus saya paksakan diri untuk membaca. Dan saya sampai pada puncaknya. Say abaca satu per satu. Dari awal
sudah berpontesi membuat hati saya akan semakin terpecah belah, tapi terus aya
paksa untk membaca. Dan berhasil hingga akhir.
Saya
hembukan napas panjang lagi, pada tulisan terakhir. Saya tidak tahu harus
bagaimana. Harusnya saya menangis, tapi saya memilih untuk tidak melakukannya. Bukan
karena saya ingin terlihat kuat, tidak. Sebab hati saya sedang dalam kondisi sangat
rapuh, dan bila sudah begini air mata akan rentan mengalir dari bola mata saya.
Tapi saya tetap memilih untuk tidak melakukannya. Alasannya? Saya hanya tidak
ingin seseorang tahu, bila saya sedang bersedih. Karena jika ia tahu saya sedang
bersedih, iapun juga akan terbawa sedihnya sama seperti saya.
Sampai
akhir, saya masih tetap kekeuh untuk tidak melepaskan air mata saya terlepas
dari pelupuk mata. Walau beberapa mili air mata, telah menggantung di pelupuk
mata saat saya menulis ini. Saya tetap usahakan agar air mata saya tidak jatuh.
Walau hati saya sudah jatuh sangat dalam pada lubang kekecewaan.
Ah, sudah larut malam sekarang. Saya ingin
berangkat tidur. Semoga mimpi saya indah hari ini. Agar saya dapat melepas segala
duka lara saya dalam mimpi. Semoga Tuhan
mendengar doa saya dalam tulisan ini. Menguatkan saya dalam segala kelemahan
yang saya punya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar