Andai pria hanya bisa sekali
jatuh cinta. Masihkah ada yang dinamakan pubertas kedua?
Poligami. Kata yang satu ini,
selalu terasa berat bila saya ucapkan. Entah kenapa. Mungkin pengalaman kurang
baik yang pernah saya dapatkan dari saudara saya, sehingga saya merasa poligami
seperti siraman alcohol pada sayatan
luka si wanita, perih. Ya di sini, saya
akan bicara dari sudut pandang wanita, tapi saya sama sekali tidak bermaksud
akan menyudutkan kaum pria dan membel mati-matian kaum hawa. Tidak. Saya akan
bicara apa yang menurut hati saya, hati wanita. Jikalau nanti pada akhir
tulisan, tulisan saya terkesan memojokkan kaum pria, itu saya serahkan kembali
kepada pembaca. Itu hak kalian, untuk menilai tentang apa yang tuliskan dalam
beberapa kata .
Poligami. Ah, sebenarnya saya
tidak ingin menyebutnya lagi. Hati saya selalu berontak, seperti ada bagian
yang dijajah. Kemudian saya merasa, seperti ada beban berat yang tiba-tiba
datang bersemayam dalam hati. Berulang kali saya harus berpikir keras, mengapa
pria begitu memuja yang namanya wanita. Juga kenapa bagi mereka satu tidak
cukup. Apakah cinta tidak mampu membuat mereka bertahan pada satu pilihan,
mengapa mereka harus menciptakan banyak piliha, kenapa? Saya tidak mengerti,
bahkan sampai sekarang, mungkin juga karena saya seorang wanita. Bagi kami,
mungkin hanya butuh jatuh cinta sekali dan kemudian membiarkan diri kita jatuh
sejatuhnya dalam pilihan pertama. Tidak dengan pria.
Hati
saya selalu tergerus ketika pria atas dasar mengikuti sunnah rasul menikahi
wanita lebih dari satu, padahal kewajiban mereka pada yang menciptakan
Nabi Muhammad saja belum tuntas
dilaksanakan. Tapi mereka dengan santai melakukannya, seperti itu adalah kartu
keberuntungan atas jenis kelaim yang mereka punya. Mereka berkoar-koar bila mereka dapat adil
pada dua bidadari yang mereka miliki. Tapi yang anamanya “barang” baru selalu
punya daya tarik sendiri. Ambil saja contohnya saya, saya punya dua jenis
barang yang sama. Kita sebut saja barang A dan barang B. saya memiliki barang A
sejak tahun 2012, lima tahun lebih baranng A itu bersama saya, dna setia
menemani saya layaknya seorang kawan. Kemudian suatu hari, barang A itu tidak
sengaja terjadi kerusakan, saya sedih padahal di dalamnya saya menyimpan banyak
kenangan. Kemudian, untuk gantinya saya membeli barang B. Masih jenis barang
yang sama, kualitas yang sama. Tapi dengan berjalannya waktu, saya malah lebih
banyak menghabiskan waktu dengan barang B, dibandingkan barang A yang telah
menemani say asekian lama. Kalian tentu paham kenapa, karena barang B adalah
barang baru. Dan barang baru selalu punya magnet sendiri untuk menciptakan daya
tarik, tidak peduli bagaimanapun mereka punya banyak kesamaan. Tapi tetap saja,
barang baru selalu membuat kita penasaran untuk dicoba.
Begitu
juga dengan mereka para pria, yang akhirnya memutuskan untuk menikah lagi.
Dalam hati mereka pun, pasti akan selalu condong pada istri yang baru dinikahi.
Tidak peduli bagaimanapun istri yang pertama, dulu pernah memikat hatinya. Lalu
apa itu artinya saya beci dengan yang anamanya poligami? Tidak, saya tidak
membencinya. Tapi begini, tolong kepada kaum pria, jagan mengkambng hitamkan
sunah rasul, sebagai ajang untuk kalian menikah lagi. Mungkin menurut kalian,
itu lebih baik daripada pergi ke pelacur. Tapi tolonng berpikir lebih panjang
sedikit. Saya pernah membaca sebuah tulisan, “Bayangkan bila Ayahmu memadu
Ibumu, apa yang kamu rasakan?” Untuk pertanyaan ini, saya tidak akan ikut
menjawab. Jawaban saya kembalikan kepada pembaca kembali. Tanyakan hati nurani,
sebab darinya sellau lahir jawaban paling suci.
Mungkin
saat kalian, para pria akan menikah lagi, istri berkata iya. Dalam pandangan
Anda mungkin kata ikhlas tergambar jelas di wajahnya. Tapi prnahkah kalian
menengok lebih dalam, pada dua benada kecil bernama mata. Sebab di sana adalah
jendela hati. Apakah matanya berbinar senang saat ia mengucapkannya, atau redup
tampak kelabu. Coba lihat, dan di sana akan kalian pahami sendiri jawabannya.
Setiap wanita tidak suka diduakan, begitu juga saya. Mungkin kalian para pria
akan berdalih, itu adalah cara kalian agar memudahkan istri kalian menuju jannah-Nya.
Tapi tunggu, bolehkah saya tertawa sebentar? Haha. Sudah. Begini, siapa kamu
berani-beraninya menjanjikan surga, yang itu adalah hak yang hanya dimiliki
Allah swt. Untuk memberikannya? Banyak cara kok, untuk dapat masuk ke sana.
Tidak hanya dari jalan itu, seperti Allah hanya menawarkan sedikit amal untuk
menuju surge saja. Ah kalian suka bercanda.
Hah.
Saya lelah. Saya kira tulisan ini tidak akan jadi sepanjang ini. Bila saya
lanjutkan, mungkin dpaat lebih panjang lagi. Sebelum saya mengakhiri, saya
peringatkan sekali lagi. Tulisan ini tidak bertujuan untuk menghakimi, tapi
bila kalian merasa seperti itu. Terserah. Saya tidak peduli. Saya hanya peduli
pada hakim yang sesunggunya yakni Allah swt.
Ah
sudah ya. Sudah malam, saya ingin beranjak tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar