Berapa lama lagi aku harus menunggu? |
"Walaupun Rindu Aku Tak Kan Mencarimu."
Iya sungguh. Biarkan
rinduku terus berdarah-darah, melihat kamu jauh terpisah. Walau siang malam aku
sudah resah. Tapi aku yakin, suatu saat kamu akan pulang menghapus gelisah.
Saya rindu kamu.
Sejak tiga tahun lalu. Tapi getarnya tak lagi sama seperti dulu. Entah
bagaimana bisa seperti itu. Mungkin hatiku sudah jemu, menanti lamanya
kepulangan kamu.
Orang bilang, obat
rindu adalah sua. Lalu apakah rindu itu luka? Jika iya, berarti luka ini sudah
begitu parah sakitnya. Hingga sekarang mati rasa. Sebab sekarang, tak lagi
dapat kurasa getarnya.
Dulu, aku memang
menyebut dirku perindumu. Tapi itu dulu. Ya lagi-lagi tulisan ini tentang masa
dulu. Tapi tetap, aku tak bisa menyebut ini masa lalu. Sebab masih
kuharapkan kamu menjadi masa depanku.
Mungkin di hatiku
masih tersisa rasa. Sebab setiap hujan tiba. Bayangmu memenuhi diriku dengan
sempurna. Lalu jika begini, bagaimana aku bisa lupa. Bagaimana aku tak rasakan
rindu yang menggila.
Ajari aku cara
melupakanmu. Membuang kamu dalam ingatanku. Karena seberapaun jauhnya jarak aku
dan dirimu. Itu tidak akan menghapus apapun tentang kamu.
Tapi itu dulu. Kamu
mungkin termangu. Bagaimana aku sanggup menghilangkan bayang-bayangmu.
Bukankah sudah kukatakan, “Walaupun rindu aku tak kan mencarimu.”
Sebab saya yakin kamu
akan pulang pada waktunya. Bila tak pulangpun aku juga akan berusaha. Menahan
diri untuk meminta bersua. Mungkin merana awalnya. Tapi tidak apa.
Segala yang baik akan
datang tepat masanya. Begitupun juga aku yang sering menyemogakan dirimu dalam
doa.
Kamu tak perlu pulang
lebih cepat dari waktunya. Biar Tuhan yang Maha Kuasa, yang mengaturnya. Atau
mungkin Tuhan sedang menyiapkan yang lebih baik untuk kita.
Jika akhirnya nanti
kamu akan atau tidak kembali. Saya akan berusaha menabahkan hati. Juga tak akan
saya tutup pintu hati ini. Selama kamu adalah yang Tuhan janjikan untuk
menemani saya hingga mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar