Sabtu, 09 April 2016

Duka yang Harusnya Disyukuri


“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Hal yang paling kamu benci bisa jadi yang paling kau syukuri di akhirnya.
Oh Allah selalu Maha Luar Biasa. Menakjubkan dengan segala apa yang direncanakan-Nya. 
Saya banyak bersyukur hari ini, juga banyak minta maaf pada Allah. Saya sudah salah sangka dengan rencana-Nya yang saya pikir tidak menyenangkan untuk saya, merugikan saya dan segala hal kurang baik lainnya. Ah, betapa bodohnya saya sebagai seorang manusia. Juga betapa berdosanya saya, dengan segala caci yang terlahir dari hati kecil saya. Andai saya, masih mau menunggu sebentar nikmat Tuhan yang sudah dijanjikan, pasti saya mau lebih bersyukur. Dan juga, pasti Allah akan mendatangkan nikmat yang lebih untuk saya, dari syukur yang saya panjatkan. Sekarang saya hanya bisa berkata andai, andai dan andai sebab semuanya telah terlewat.  Andai saat teman saya pergi "mengkhianati" saya waktu itu, saya tetap mau bersabar, tidak mengikutsertakan emosi saya, serta mau sedikit berpikir bila Allah sedang menyiapkan 'sesuatu' yang lebih baik bagi saya, tentu saya akan tidak merasa sebodoh ini sebagai manusia.  Hari itu, hati saya terasa hancur berkeping-keping, seperti kaca yang tampak kokoh tapi ternyata mudah hancur, hanya karena dilempar batu kerikil. Kemudian setelah itu, hati saya semakin meronta, bolak-balik saya berbisik pada Allah, "Kenapa dia seperti itu pada saya? Melukai hati saya. Dan kenapa pula saya yang menjadi korbannya?" Lalu untuk beberapa hari saya tetap melangkah pada kekecewaan-kekecewaan saya. Hingga kemudian saya lelah sendiri, dan berusaha memasrahkan semuanya pada Allah. Hingga kemudian, Allah menjawab kepasrahan saya dengan amat menakjubkan. Hari ini, saya mendapat rejeki dari teman saya, berupa makan gratis di rumah makannya. Ini karena hari ini saya dan kelompok saya mengerjakan tugas kelompok bersama di rumah salah satu kawan, yang punya rumah makan dengan menu andalannya, yakni ayam tulang lunak. Tugasnya, kami mempraktekan cara jual beli, tapi menggunakan bajasa jepang. Dengan properti ayan tulang lunak asli. Sambil menunggu teman saya siap untuk praktek, saya merenungkan satu hal, "Andai saya diktadirkan Allah tetap berkelompok dengan dia, yang dengan emosinya saya menuduh dia pergi meninggalkan saya. Apa saya bisa memperoleh nikmat makan gratis ini?" Ah, Tuhanku. Seharusnya aku tak memaknai segalanya  hanya dengan   kasat mata. Betapa bodohnya saya sebagai hamba, yang kurang bersyukur dengan segala nikmat yang kau berikan secara cuma-cuma. 
Dari itu, mulai sekarang, saya akan mulai belajar untuk lebih banyak bersyukur dengan segala ketentuan yang telah Engkau tetapkan. Sebab saya sekarang paham, segalanya yang datang dari-Mu selalu menggetarkan kalbu dan menyimpan banyak hikmah untukku. Amin.


Sabtu, 9 April 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar