Selasa, 31 Mei 2016

Memori yang Lupa Kau Bawa Pergi

Sebaiknya memang begini. Kita tidak saling menghubungi. Menciptakan ruang dalam masing-masing hati. Agar tidak ada yang tersakiti. Dan memang begini bukan tujuanmu, ketika akhirnya kamu memutuskan beranjak pergi. Menyisakan memori kenangan juga sesak di malam hari. 


Dari awal, kamu memang tidak menjauh, tapi kamu membantangkan jarak yang cukup, untuk membuat aku berhenti berharap jatuh dalam dasar hatimu yang dingin, juga gelap. Dulu aku memang senang berimajinasi, apalagi setalah bertemu kamu, kisah imaji yang aku miliki semakin utuh. Lalu, lama kelamaan aku semakin terbenam dalam kisah imaji yang aku buat, kemudian membodohi diri aku, membutakan mata  hati sampai tidak bisa membedakan apakah kamu nyata atau impian saja. 
Hingga kemudian, aku benar-benar menerobos masuk dalam pintu hatimu yang keras juga tebal, seberapa kuatpun aku mendobraknya, aku akan tetap gagal. Bukan karena pintu itu ada yang menjaganya, atau sebelum aku, sudah ada yang pernah memasuki dan menguncinya dari dalam, aku tidak tahu mana yang benar. Tapi yang jelas pemiliknya tak mengijinkan aku masuk, seberapapun banyaknya kunci yang  aku bawa, mereka semua tak cukup mampu membuka pintu hatimu, untuk aku yang selalu setia mendoakanmu dalam sujud panjang.
Hingga pada akhirnya aku lelah. Dan menyisakan diriku terbenam dalam kesunyian, tepat di depan pintu hatimu. Aku kira kamu akan luluh, ketika kamu melihat bagaimana aku bersungguh-sungguh, untuk menetap dalam hatimu. Tapi nyatanya tidak. Seberapapun lamanya, aku berdiri di depan pintu hatimu, kau tidak pernah membukakan sedikit celah untukku masuk. Kamu tetap membuatnya tertutup.
Hingga pada akhirnya aku menyerah, aku pergi dengan langkah kaki dan hati yang berjalan tak seirama. Bodoh.  Dulu aku harusnya cukup puas, ketika kamu menamai hubungan yang kita miliki ,dengan kata sakral ‘persahabatan’. Tapi aku terlalu rakus, mengikuti arus hati yang meminta makna lebih dari kamu. Sampai membuatmu jengah, dan melangkah pergi. Menyisakan aku sendiri, dengan kenangan yang lupa kau bawa pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar