Sebaiknya memang begini. Kita tidak saling
menghubungi. Menciptakan ruang dalam masing-masing hati. Agar tidak ada yang
tersakiti. Dan memang begini bukan tujuanmu, ketika akhirnya kamu memutuskan
beranjak pergi. Menyisakan memori kenangan juga sesak di malam hari.
Dari awal, kamu memang tidak menjauh, tapi kamu
membantangkan jarak yang cukup, untuk membuat aku berhenti berharap jatuh dalam
dasar hatimu yang dingin, juga gelap. Dulu aku memang senang berimajinasi,
apalagi setalah bertemu kamu, kisah imaji yang aku miliki semakin utuh. Lalu,
lama kelamaan aku semakin terbenam dalam kisah imaji yang aku buat, kemudian
membodohi diri aku, membutakan mata hati sampai tidak bisa membedakan
apakah kamu nyata atau impian saja.
Hingga kemudian, aku benar-benar menerobos masuk dalam
pintu hatimu yang keras juga tebal, seberapa kuatpun aku mendobraknya, aku akan
tetap gagal. Bukan karena pintu itu ada yang menjaganya, atau sebelum aku,
sudah ada yang pernah memasuki dan menguncinya dari dalam, aku tidak tahu mana
yang benar. Tapi yang jelas pemiliknya tak mengijinkan aku masuk, seberapapun
banyaknya kunci yang aku bawa, mereka
semua tak cukup mampu membuka pintu hatimu, untuk aku yang selalu setia
mendoakanmu dalam sujud panjang.
Hingga pada akhirnya aku lelah. Dan menyisakan diriku
terbenam dalam kesunyian, tepat di depan pintu hatimu. Aku kira kamu akan
luluh, ketika kamu melihat bagaimana aku bersungguh-sungguh, untuk menetap
dalam hatimu. Tapi nyatanya tidak. Seberapapun lamanya, aku berdiri di depan
pintu hatimu, kau tidak pernah membukakan sedikit celah untukku masuk. Kamu
tetap membuatnya tertutup.
Hingga pada akhirnya aku menyerah, aku pergi dengan
langkah kaki dan hati yang berjalan tak seirama. Bodoh. Dulu aku harusnya
cukup puas, ketika kamu menamai hubungan yang kita miliki ,dengan kata sakral
‘persahabatan’. Tapi aku terlalu rakus, mengikuti arus hati yang meminta makna
lebih dari kamu. Sampai membuatmu jengah, dan melangkah pergi. Menyisakan aku
sendiri, dengan kenangan yang lupa kau bawa pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar