Akan
selalu tiba masanya, ketika kita mencapai titik bosan dalam hidup, ketika hidup
hanya mengalir begitu saja, tanpa ada kelokan, atau bebatuan besar yang
menghambat jalan. Kita mungkin akan merasa kosong. Butuh suatu lompatan besar,
setelah sekian lama hanya jalan di tempat.
Sama halnya, dengan saya saat ini,
hidup yang saya miliki, akhir-akhir ini seperti kehilangan warna, layaknya layunya
bunga di musim gugur. saya merasa, saya sudah terlalu lama tidur, dan belum
menuai satu mimpipun yang sudah saya tanam sejak lama. Entah karena pupuk yang
saya miliki kurang berkualitas, atau terlalu banyak “hama” yang hidup di
sekitar saya. Tapi yang jelas, sekarang saya butuh satu mimpi, untuk saya
kejar, untuk saya perjuankan mati-matian, untuk yang selalu terpatri di
ingatan. Saya sedang rindu, ingin
berjuang habis-habisan, demi mimpi saya itu, tapi saya tidak bisa. Entah apa
alasannya. Lagi-lagi hanya kosong yang menawarkan jawaban, yang lainnya hanya
bungkam. Dan saya hanya bisa terdiam. Masih coba kuusir sisi kosong yang menguasai. Agar mimpiku, segera punya ruang sendiri. |
Sekarang
saya terjebak dalam kebingungan , tentang apa yang sebenarnya saya cari, apa
yang saya inginkan untuk masa depan saya dan bagaimana saya harus berbuat untuk
membuat bahagia sekitar saya. Entahlah, saya hanya bisa menggelengkan kepala.
Jejak-jejak keberhasilan di masa lalu hilang, seperti ada ombak besar yang
datang menerjang. Dan kemudian saya terbawa di dalamnya, terombang-ambing tidak
karuan. Padahal, untuk bernenang kembali ke bibir pantaipun saya masih bisa ,
bukan karena kecakapan saya dalam berenang namun ombak belum membawa saya
terlalu jauh dari bibir pantai, tapi itupun jika saya mau. Saya ingin sekali
sebenarnya kembali ke pantai, dengan kemampuan renang saya yang abal-abal. Tapi
bukan karena pasir pantai atau sunset yang dapat saya nikmati dengan nyaman
saat saya berada di bibir pantai, yang membuat saya ingin kembali. Namun karena
saya ingin menjajal tantangan yang secara tidak langsung, sedang Allah tawarkan
pada saya, berjuang habis-habisan dengan kemampuan yang pas-pasan. Karena,
walaupun kemampuan saya untuk berenang kembali ke bibir pantai tidak memadai,
tapi Allah sangat mengharagai mereka yang berjuang mati-matian demi apa yang ia
ingini.
Tapi
bagaiamanapun saya memberontak. Hati saya masih tetap terasa kosong. Ini gawat.
Saya tidak mau tertidur cukup lama, kemudian membuang waktu saya dengan sia-sia
sebelum sempat memanen mimpi-mimpi saya. Cepat atau lambat, hati saya harus
segera terisi sebuah lentera untuk menerangi. Menerangi hati saya juga
mimpi-mimpi saya, yang sempat padam. Semoga, Allah mendengar doa saya yang saya
tuangkan dalam tulisan ini, hari ini. Saya butuh sesuatu, untuk saya
perjuangkan mati-matian hingga tititk darah penghabisan. Agar saya tidak
tejebak terlalu lama dalam kekosongan. Semoga, dimudahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar