Kamis, 12 Mei 2016

Dikuasai Kekosongan


Akan selalu tiba masanya, ketika kita mencapai titik bosan dalam hidup, ketika hidup hanya mengalir begitu saja, tanpa ada kelokan, atau bebatuan besar yang menghambat jalan. Kita mungkin akan merasa kosong. Butuh suatu lompatan besar, setelah sekian lama hanya jalan di tempat.
Masih coba kuusir sisi kosong yang menguasai. Agar mimpiku, segera punya ruang sendiri.
Sama halnya, dengan saya saat ini, hidup yang saya miliki, akhir-akhir ini seperti kehilangan warna, layaknya layunya bunga di musim gugur. saya merasa, saya sudah terlalu lama tidur, dan belum menuai satu mimpipun yang sudah saya tanam sejak lama. Entah karena pupuk yang saya miliki kurang berkualitas, atau terlalu banyak “hama” yang hidup di sekitar saya. Tapi yang jelas, sekarang saya butuh satu mimpi, untuk saya kejar, untuk saya perjuankan mati-matian, untuk yang selalu terpatri di ingatan.  Saya sedang rindu, ingin berjuang habis-habisan, demi mimpi saya itu, tapi saya tidak bisa. Entah apa alasannya. Lagi-lagi hanya kosong yang menawarkan jawaban, yang lainnya hanya bungkam. Dan saya hanya bisa terdiam.
Sekarang saya terjebak dalam kebingungan , tentang apa yang sebenarnya saya cari, apa yang saya inginkan untuk masa depan saya dan bagaimana saya harus berbuat untuk membuat bahagia sekitar saya. Entahlah, saya hanya bisa menggelengkan kepala. Jejak-jejak keberhasilan di masa lalu hilang, seperti ada ombak besar yang datang menerjang. Dan kemudian saya terbawa di dalamnya, terombang-ambing tidak karuan. Padahal, untuk bernenang kembali ke bibir pantaipun saya masih bisa , bukan karena kecakapan saya dalam berenang namun ombak belum membawa saya terlalu jauh dari bibir pantai, tapi itupun jika saya mau. Saya ingin sekali sebenarnya kembali ke pantai, dengan kemampuan renang saya yang abal-abal. Tapi bukan karena pasir pantai atau sunset yang dapat saya nikmati dengan nyaman saat saya berada di bibir pantai, yang membuat saya ingin kembali. Namun karena saya ingin menjajal tantangan yang secara tidak langsung, sedang Allah tawarkan pada saya, berjuang habis-habisan dengan kemampuan yang pas-pasan. Karena, walaupun kemampuan saya untuk berenang kembali ke bibir pantai tidak memadai, tapi Allah sangat mengharagai mereka yang berjuang mati-matian demi apa yang ia ingini.
Tapi bagaiamanapun saya memberontak. Hati saya masih tetap terasa kosong. Ini gawat. Saya tidak mau tertidur cukup lama, kemudian membuang waktu saya dengan sia-sia sebelum sempat memanen mimpi-mimpi saya. Cepat atau lambat, hati saya harus segera terisi sebuah lentera untuk menerangi. Menerangi hati saya juga mimpi-mimpi saya, yang sempat padam. Semoga, Allah mendengar doa saya yang saya tuangkan dalam tulisan ini, hari ini. Saya butuh sesuatu, untuk saya perjuangkan mati-matian hingga tititk darah penghabisan. Agar saya tidak tejebak terlalu lama dalam kekosongan. Semoga, dimudahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar