Kamis, 05 Mei 2016

Kawan Siluman


Kita tidak tahu kan apa yang dibalik pintu itu. Bisa jadi ada seorang kawan yang menyambut kita dengan pelukan atau seorang kawan yang menyambut kita dengan pisau tajam. 
Saya tidak tahu harus bilang apa sekarang. Hati saya remuk redam, ketika saya tahu bagaimana kenyataan yang selama ini coba dia sembunyika dari diri saya.
Saya tidak tahu, apakah saya harus bersyukur karena telah mengetahuinya atau justru marah kepadanya, dan mengatainya habis-habisan. Dia, yang dulu saya anggap sebagai teman baik, yang setiap waktu saya pergi dengannya, ternyata diam-diam membicarakan saya dengan asiknya. Padahal dulu, saya kira dia bisa saya masukkan dalam nominasi sahabat saya, tapi nyatanya tidak. Maka benar apa yang saya lakukan beberapa bulan yang lalu, ketika saya memutuskan untuk pergi dari “samping”nya.  Dia itu tidak pernah ada untuk saya, dia hanya peduli pada dirinya sendiri. Sejak awal berkenalan saya sudah diseperti itukan, ditinggalkan sewaktu-waktu, kemudian pergi ke teman yang lainnya, tapi saya masih tabah dan saya abaikan, tidak apa, mungkin dia ingin bersosialiasi dengan banyak orang selain dengan saya. Namun, yang tidak pernah saya sangka adalah, selama itu ternyata dia diam-diam membicarakan saya, bersama orang-orang yang juga membenci saya. Saat itu, bagi mereka  mungkin saya  seperti cemilan favorit mereka yang siap mereka telan sewaktu-waktu, yang semakin meramaikan forum perbincangan mereka, apalagi mereka memiliki tujuan yang sama, yakni untuk menjelek-jelekkan saya, menenggelamkan saya setenggelam-gelamnya,  lalu menertawakan saya bersama-sama, saat kesialan menimpa saya.
Tapi sungguh saya tidak habis pikir, saya akan bertemu teman yang seperti kamu. Akhir-akhir ini, dunia terlalu kejam, untuk saya. Tapi saya sadar, inilah dunia, bila semuanya dibuat mudah, maka akan sangat sulit bagi kita sendiri untuk bersyukur pada Sang Pencipta. Tapi entahlah, hati saya masih belum bisa terima sepenuhnya pada takdir-Nya. Kenyataan yang saya hadapi sekarang terlampau berat. Baiklah saya paham, ada beberapa orang yang tidak suka dengan saya, dan saya hafal dengan jelas setiap namanya. Tapi untuk teman saya yang satu ini, yang hampir satu setengah tahun ada “di samping” saya, benar-benar tak terduga apa yang dia lakukan pada saya. Entah bagaimana awalnya dia mulai “tidak suka” dengan saya,  mungkin mulai saat itu atau saat yang lainnya. entahlah, saya tak bisa menebak dengan tepat, dia dan Allah yang lebih tahu. Sungguh, sampai detik ini saya masih tidak bisa percaya, bila kamu yang saya anggap teman ternyata hanya siluman. Yang didepan saya terseyum ceria,  tapi dibelakang mengolok saya tidak ada habisnya.
Untuk selanjutnya, saya tidak tahu bagaimana saya nanti saat bertemu kamu. Saya tidak bisa marah, kemudian memaki-maki kamu di depan orang banyak, saya tidak suka seperti itu, norak. Tapi, toh jika sampai sekarang kamu masih membenci saya, itu tidak apa, itu hak kamu sepenuhnya, saya tidak punya hak untuk melarangnya. Namun, bila dari awal kamu merasa tidak suka dengan sikap saya, dengan perkataan saya, atau dengan segala yang ada di diri saya, kamu bisa bicara dengan saya. Dan bila apa yang kamu bicarakan memang ada benarnya, juga membawa manfaat baik bagi saya, saya akan coba untuk menerimanya sebagai intropeksi diri saya. Daripada seperti sekarang, yang di depan saya banyak berbincang hingga tertawa riang tapi di dalam hati ada sejuta rasa kebencian.
Ah sudahlah, saya tidak ingin memaki kamu dalam tulisan ini. Saya hanya ingin kamu tahu, walauupun kamu tidak membacanya, tapi nanti mungkin temanmu bisa memberitahumu, bila aku menulis ini untukmu, yah itu jika kamu merasa sih.  Sudah ya, saya ingin istirahat. Mengistirahtkan hati saya, juga pikiran saya.
Selamat siang.  Dari yang sedang menunggu kapan karma datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar