Rabu, 11 Mei 2016

Cerita Tentang Hujan



Aku Tunggu Kamu Datang Merapat, Walau Hujan Tidak Terlihat,

Aku tidak membenci hujan. Tapi, bukan berarti aku menyenanginya. Aku hanya tidak menyukainya, ketika rintik hujan bermetamorfosis menjadi hujan badai yang lebat. Sebab saat itulah, aku akan teringat tentang kamu.
Tentangmu yang selalu  datang menghangatkanku dengan sebuah pelukan. Tentangmu yang kemudian, tiba-tiba menghilang, sebab hujan di luar telah habis. Dan berganti dengan munculnya garis-garis panjang melengkung, yang biasa orang sebut sebagai pelangi.

Harusnya kamu tetap terus di sini. Duduk di sampingku, dan membiarkanku untuk tidur di atas selonjoran kakimu.  Tapi sayang, itu hanya fatamorgana.  Sebab pada kenyataannya, kamu tak pernah datang, barang sekalipun.  Karena kamu pernah bilang, hujan lebih indah dari pelangi. Jadi kamu lebih suka datang saat hujan. Dan sekarang adalah musim kemarau,  hujan tak pernah datang, gerimispun tak jua bertandang. Lalu hatiku semakin berang menunggu kamu yang tak datang-datang.

Dan sekarang, aku  di sini sendirian menunggu kamu dari balik jendela persegi panjang di bilik kamarku. Berharap kamu tetap datang, walau hujan tak ikut bertandang.    Kamu mencintai hujan, sedangkan aku tak menyenanginya, tapi bukan berarti aku membencinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar