Senin, 30 Mei 2016

Mengeliminasi Penyakit Hati

Pada akhirnya saya luruhkan dendam yang selama ini saya simpan. Sebab saya tahu itu hanya akan menjadi beban dan mengikis iman saya perlahan.


            Teruntuk kamu, yang pernah menyakit hati saya sangat dalam, hingga ke dasar. Saya menyerah.
Saya sudah lelah membawa dendam kemana-mana. Luka yang kamu torehkan memang belum sembuh sempurna, tapi sekarang saya sedang mencoba lupa. Lupa bila kamu pernah meninggalkan saya, lupa bila setelahnya kamu menjelek-jelekkan di belakang saya, lupa bila kemudian kamu pernah membenci saya. Saya ingin lupa semuanya. Sulit memang. Tapi saya yakin Allah akan menemani saya berproses, meneguhkan hati saya untuk selalu bersabar.

            Dalam tulisan pendek ini, saya juga ingin minta maaf. Untuk segala lara yang mungkin kamu peroleh dari saya, untuk segala luka yang selama ini kamu sembunyikan dari saya, juga untuk perkataan kasar yang beberapa lalu saya tuliskan untuk kamu di social media saya. Sungguh. Saya ingin minta maaf. Terserah bila kamu tak percaya, karena pada kenyatannya keperyaan yang selama ini kamu koar-koarkan hanya untuk saya, nyatanya tak pernah ada, kamu hanya berdusta untuk membuat saya bahagia.
            Bila kamu bertanya, apa yang akhirnya membuat saya “menyerah”.  Saya akan menjawab dengan lantang, Tuhan saya;Allah Dia yang derajatnya jauh;sangat jauh lebih tinggi dari saya, selalu memaafkan hamba-Nya yang tidak tahu diri tanpa waktu lama, seperti saya misalnya. Padahal berulang kali saya mengkhianati-Nya, tapi pintu taubat selalu Dia buka. Sedangkan saya, yang cuma makhluk-Nya, yang nggak punya daya apa-apa tanpa ijin-Nya,  saya akan sangat malu jika saya masih sombong mempertahankan dendam dan amarah saya.
            Kamu memang tidak melukai hati saya hingga borok bernanah. Tapi kamu hanya menumpahkan alcohol pada bekas luka saya yang masih basah. Saya tidak akan menjelaskan bagaimana sakitnya, karena kamupun tidak akan peduli. Saya juga tidak akan menuntut maaf  dari kamu. Karena percuma, bila itu tidak benar-benar dari hatimu. Tapi yang jelas, saya terimakasih kepada kamu. Dari kamu saya belajar (lagi) memaafkan manusia-manusia yang punya riwayat menyayat luka di hati saya. Sekali lagi terimakasih. Jika setelah ini, kamu mau terus menghina saya (di belakang saya, tentunya) terserah. Karena asal kamu tahu, secara tidak langsung kamu sedang mengirim pahala kepadaku secara gratis. Terima kasih, lagi-lagi saya ingin bilang terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar