Senin, 09 Mei 2016

Orang Ketiga


Ada  dua orang yang bersahabat. Tadinya mereka dekat, kemudian seseorang datang lagi mendekat, tapi datangnya hanya menjadi sekat.


Sahabat, beberapa hari ini saya sedang asyik membicarakn topic ini bersama dengan seseorang. Entah bagaimana mulanya,  kemudian kami bisa sama-sama hanyut dalam percakapan itu. Mungkin karena kami punya pengalaman yang sama buruknya di masa lalu, bersama seseorang yang selalu kami panggil sahabat. Dia menceritakan banyak hal pada saya, dan setiap ceritanya seperti memiliki alur yang sama dengan cerita yang saya punya. Kami seperti dijodohkan oleh takdir. Saya tidak masalah ketika dia bercerita banyak hal, yang mungkin sudah lama ia simpan rapat-rapat atau mungkin coba ia buang jauh-jauh dari memori pikirannya. Karena itu berarti dia percaya dengan saya, entah kenapa, padahal katanya dia dulu pernah membenci dengan saya, ah bukan begitu dia menyebutnya. Dia tidak pernah membenci saya, tapi setiap orang lain membicarakan saya, meluapkan kebencian yang mereka rasa dalam sebuah forum perbicangan, dia selalu ada di sana mendengarkan. Haha sungguh, sangat menggemaskan sekali alasannya. Tapi bagaimanapun buruknya dia di masa lalu, entah bagaimana pula, saya selalu merasa nyaman ketika bersama dia, membagikan apa yang tidak saya sampaikan ke orang lain dengan dia, bercerita banyak hal dengan dia, walau terkadang rasa takut itu terkadang muncul. Bukan rasa takut, jka tiba-tiba ia berhianat, kemudian menceritakan keburukan saya kepada orang lain. Bukan sama sekali bukan seperti itu. Yang saya takuti adalah, ketika saya mulai nyaman dan percaya, kemudian saya mulai banyak bicara tentang luka-luka yang  saya derita, dan dia menganggap saya hanya menafaatkan dia, sebagai tampungan segala duka yang saya punya. Saya takut, sunnguh. Itulah mungkin kenapa, sampai sekrang masih ada beberapa bagian yang masih saya buat abu-abu. Sungguh, ini  sama sekali tidak  saya maksudkan karena saya tidak percaya tapi saya masih belum, banyak ketakutan–ketakutan di masa lalu yang terus menghantui. Karena pada akhirnya, kejujuran, kesetiaan dan segala hal yang dibutuhkan dalam ikatan  persahabatan, akan dibuktikan oleh satu hal yang paling ahli sebagai perantara Allah membuktikan mana yang yang teman sesunggunya, mana yang hanya siluman teman, hal paling itu adalahi waktu. Dia yang akan menujukkan siapa lawan, siapa kawan, ia juga yang  nanti akan tunjukkan siapa sebenarnya kamu untuk aku. dan apakah kamu layak untuk dijadikan seseorang yang bukan hanya disebut sebagai sahabat tapi lebih dari itu. Sampai saat itu tiba, saya harap kita akan terus seperti ini, saling berbagi apa yang kita rasa, juga membuktikan pada masa bila kita bisa melalui segalnya, tanpa khianat yang menyayat rasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar