Kamis, 02 Juni 2016

Surat Untuk Masa Lalu



Dia datang lagi. Ya dia yang beberapa tahun lalu, hampir menjadi alasan saya tidak bisa tidur malam, hanya karena dia terus “hidup” di pikiran saya.
Dia'masa lalu datang lagi....  
Tapi saya lupa, bagaimana dulu saya bisa jatuh dalam hatinya. Saya tak bisa bilang dia istimewa, tidak dia biasa saja, bahkan dalam tingkat yang sangat biasa. Tapi entah, sihir apa yang dia kuasai, hingga dia bisa membuat hati saya kocar-kacir ketika dia datang mendekati.  Saya kira itu cuma cinta monyet, dan memang benar perkiraan saya. Cinta yang saya miliki pudar begitu saja, ketika tiba-tiba dia pergi tanpa kabar. Yang kemudian saya tahu, bila ternyata kami sudah berbeda kota. Saat itu saya tidak bisa bilang, kata-kata yang mungkin sering diucap oleh orang yang berpisah seperti, bila jodoh pasti akan bertemu. Sungguh, saya tidak merapalnya  dalam doa maupun hati. Sebab walau dia sudah berhasil membuat hati saya tidak karuan bentuknya, saat itu keraguan lebih banyak mendominasi. Dan bukannya saya memenangkan keraguan tersebut, dibandingkan perasaan yang sebenarnya sudah membabi buta, tapi saya hanya antisipasi, pada perasaan yang sebenarnya masih semu. Saya takut, luka yang saya dapat di masa-masa sebelumnya, menghampiri saya lagi, seperti mimpi buruk yang terulang. Mungkin ini adalah alasan, mengapa sampai sekarang saya lebih banyak menjaga hati. Sebab bagaimanapun cintanya saya pada orang itu, jika pada akhirnya luka akan lebih banyak hadir, itu berarti bukan cinta yang sejati. Cinta tak pernah datang untuk menyakiti, sebab cinta mendamaikan, perbedaan pada dua hati. Saya mungkin terlihat dingin, ya saya memang sengaja melakukannya, agar saya benar-benar tahu siapa yang benar-benar “berani” datang mencairkan hati saya. Banyak orang menyerah, jauh sebelum mereka mencoba, bukan hanya pria tapi juga teman. Karena saya ingin lebih selektif dalam memilih yang terbaik untuk kehidupan saya.
Cerita ini harusnya saya buat untuk sedikit “mengenang” dia yang kembali lagi, di hidup saya sekarang yang sudah bahagia walau tanpa dia, atau pria. Tapi entah bagaimana, tiba-tiba saya kehilangan focus awal saya, ceritanya menjadi kabur. Mungkin karena sebenarnya, otak saya sendiripun enggan mengenang dia, yang datang yang mencoba mengobrak-abrik ketenangan hidup saya, yang sekarang. Tapi bagaimanapun, dia adalah bagian dalam hidup saya, entah dia di masa lalu atau nanti di masa depan. Haha, barusan saya menyebut masa depan untuk dia. Hm, kadang hati sayapun juga masih bingung. Tapi yang jelas, saya tidak ingin membencinya hanya karena dia pernah menyakit saya atau melukai hati saya di masa lalu, tapi saya ingin menjadikan dia sebagai salah satu puzzle pelengkap kisah hidup saya.  Walaupun nanti, dia bukan bagian dari masa depan saya, tapi saya yakin pertemuan saya yang kemarin dengan dia, akan selalu menghadirkan makna, walau saya tidak tahu dengan jelas apa yang sebenarnya sedang Allah rencanakan. Mungkin besok, atau kapan akan datang seseorang lagi “kiriman” Allah yang dapat menjelaskan kepada saya maknanya. Semoga ia datang lebih cepat, agar penasaran saya segera lewat.
Selamat malam, semoga hatimu tentram. 

Sumber foto: http://favim.com/image/2778347/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar