Dia
kira saya bodoh, dia kira saya tidak tahu apa-apa, justru dialah yang seperti
itu. Saya tahu semuanya, semua yang dilakukan manusia kurang ajar itu. Dasar
munafik, kau menyembunyikan segalanya, mengganggap segalanya baik-baik saja
setelah kamu melakukannya.
Tapi
sayang sekali, saya tidak sepolos yang kamu kira. Asal kamu tahu ya, sekarang
saya sudah tahu segalanya, tentang kebusukanmu, tentang kekurang ajaranmu,
semuanya, aku sudah hapal di luar kepala. Percuma, bila kamu mau
menyembunyikannya. Bersyukur, Allah selalu memberi saya cara agar saya tahu.
Walau saat awal-awal mengerti, hati saya cukup tersakiti. Terkadang saya
merasa, tidak tahu lebih baik, daripada banyak tahu. Sebab, saya pernah dengar
sebuah pepatah, terlalu banyak tahu, hanya membuat kita menjadi penakut. Ya,
beberapa hal memang tidak bagus untuk diketahui, tapi tidak untuk yang ini.
Saya harus tahu, dan sekarang sudah. Jika sekarang, kamu tetap mau berkelit dengan sandiwaramu itu,
silahkan. Tapi saya beri tahu ya, sandiwara kamu itu, menurut saya gagal total,
itu sih menurut mata saya, entah menurut
mata orang lain, yang sampai sekarang mungkin masih terbodohi dengan sandiwara
murahanmu.
Saya
ingin jujur dalam tulisan ini, saya sekarang mulai benci dengan kamu, mulai
muak ketika melihat wajah kamu, kepalsuan yang terpancar dari sana seperti
tidak ada habis-habisnya. Saya tidak apa, bila kamu sakiti seperti ini, karena
seblumnyapun saya sudah berulang kali disakiti, dikhianatai, ditusuk dari
belakang oleh teman sendiri. Tidak apa, sungguh. Saya yakin, saya akan tetap
kuat, berapapun banyaknya luka yang kamu hujamkan di hati saya. Asalkan, kamu
ingat ya! Jangan pernah, sekalipun menyakiti orang yang sudah saya cintai
selama 16 tahun , sejak saya hidup di dunia ini. Sampai kapanpun, saya tidak
akan pernah rela, barang setitikpun luka yang kamu gores dalam hatinya. Akan
saya tuntut kamu, nanti di akhirat sana. Kalaupun, sekarang kamu masih nyaman,
dengan kemunafikan, kebohongan, kepalsuan dan segala sinonimnya , terserah, itu
hak kamu. Namun, ingat-ingatlah, yang kamu lakukan kali ini, itu akan sangat
melukai hati orang yang saya cintai itu, jika ia mengetahuinya. Beruntung,
Allah masih belum memberi tahunya, entah jika nanti ia tahu, bagaimana
terlukanya dia, begaimana kecewanya dia dan bagaimana pedihnya hati saya ketika
saya lihat, orang yang saya kasihi itu bersusah hati. Tidak, tidak akan saya
biarkan dia tahu.
Sebenarnya,
kita itu sama-sama munafik. Entah lebih banyak siapa kadarnya. Tapi yang jelas
munafik yang saya punya lebih “berbobot”, tujuan yang saya miliki lebih mulia,
bukan untuk melukai hati orang lain, seperti kamu. Melainkan, untuk menjaga
hati orang yang saya kasihi, agar tak bersedih hati atau terlukai, karena
ulahmu. Dia mungkin bisa memaafkan, begitu juga saya. Tapi bagaimanapun, roda
takdir akan terus berjalan. Hari ini kamu yang menyakiti, detik selanjutnya
siapa yang tahu musibah berlomba-lomba datang kepada kamu. Saya tidak ingin
mendoakan kamu yang buruk-buruk, toh doa buruk tidak akan didengar oleh Allah.
Saya hanya ingin mendoakan kamu, segera bertubat, sadar bila yang kamu lakukan
sekarang salah. Saya tidak perlu kan turun tangan langsung, biar tangan Tuhan
saja yang berjalan. Sebab Ia yang paling tahu, balasan apa yang baik untuk
kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar