Minggu, 08 Mei 2016

Dia Pikir Saya Bodoh


Dia kira saya bodoh, dia kira saya tidak tahu apa-apa, justru dialah yang seperti itu. Saya tahu semuanya, semua yang dilakukan manusia kurang ajar itu. Dasar munafik, kau menyembunyikan segalanya, mengganggap segalanya baik-baik saja setelah kamu melakukannya.


Tapi sayang sekali, saya tidak sepolos yang kamu kira. Asal kamu tahu ya, sekarang saya sudah tahu segalanya, tentang kebusukanmu, tentang kekurang ajaranmu, semuanya, aku sudah hapal di luar kepala. Percuma, bila kamu mau menyembunyikannya. Bersyukur, Allah selalu memberi saya cara agar saya tahu. Walau saat awal-awal mengerti, hati saya cukup tersakiti. Terkadang saya merasa, tidak tahu lebih baik, daripada banyak tahu. Sebab, saya pernah dengar sebuah pepatah, terlalu banyak tahu, hanya membuat kita menjadi penakut. Ya, beberapa hal memang tidak bagus untuk diketahui, tapi tidak untuk yang ini. Saya harus tahu, dan sekarang sudah. Jika sekarang, kamu  tetap mau berkelit dengan sandiwaramu itu, silahkan. Tapi saya beri tahu ya, sandiwara kamu itu, menurut saya gagal total, itu sih menurut mata  saya, entah menurut mata orang lain, yang sampai sekarang mungkin masih terbodohi dengan sandiwara murahanmu.
Saya ingin jujur dalam tulisan ini, saya sekarang mulai benci dengan kamu, mulai muak ketika melihat wajah kamu, kepalsuan yang terpancar dari sana seperti tidak ada habis-habisnya. Saya tidak apa, bila kamu sakiti seperti ini, karena seblumnyapun saya sudah berulang kali disakiti, dikhianatai, ditusuk dari belakang oleh teman sendiri. Tidak apa, sungguh. Saya yakin, saya akan tetap kuat, berapapun banyaknya luka yang kamu hujamkan di hati saya. Asalkan, kamu ingat ya! Jangan pernah, sekalipun  menyakiti orang yang sudah saya cintai selama 16 tahun , sejak saya hidup di dunia ini. Sampai kapanpun, saya tidak akan pernah rela, barang setitikpun luka yang kamu gores dalam hatinya. Akan saya tuntut kamu, nanti di akhirat sana. Kalaupun, sekarang kamu masih nyaman, dengan kemunafikan, kebohongan, kepalsuan dan segala sinonimnya , terserah, itu hak kamu. Namun, ingat-ingatlah, yang kamu lakukan kali ini, itu akan sangat melukai hati orang yang saya cintai itu, jika ia mengetahuinya. Beruntung, Allah masih belum memberi tahunya, entah jika nanti ia tahu, bagaimana terlukanya dia, begaimana kecewanya dia dan bagaimana pedihnya hati saya ketika saya lihat, orang yang saya kasihi itu bersusah hati. Tidak, tidak akan saya biarkan dia tahu.
Sebenarnya, kita itu sama-sama munafik. Entah lebih banyak siapa kadarnya. Tapi yang jelas munafik yang saya punya lebih “berbobot”, tujuan yang saya miliki lebih mulia, bukan untuk melukai hati orang lain, seperti kamu. Melainkan, untuk menjaga hati orang yang saya kasihi, agar tak bersedih hati atau terlukai, karena ulahmu. Dia mungkin bisa memaafkan, begitu juga saya. Tapi bagaimanapun, roda takdir akan terus berjalan. Hari ini kamu yang menyakiti, detik selanjutnya siapa yang tahu musibah berlomba-lomba datang kepada kamu. Saya tidak ingin mendoakan kamu yang buruk-buruk, toh doa buruk tidak akan didengar oleh Allah. Saya hanya ingin mendoakan kamu, segera bertubat, sadar bila yang kamu lakukan sekarang salah. Saya tidak perlu kan turun tangan langsung, biar tangan Tuhan saja yang berjalan. Sebab Ia yang paling tahu, balasan apa yang baik untuk kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar