Kemarin aku di sana, dibalik jendela menunggu kamu tiba. |
Hari ini di tempatku hujan lagi. aku sebal, setengah mati. Kenangan itu pasti akan datang lagi. Tapi hujan datangnya dari Tuhan. Seharusnya segala hal yang datang dari-Nya disyukuri. Iya. Seharunya aku lebih mendahulukan syukurku daripada amarahku.
Lalu,
bagaimana dengan kotamu? Aku harap juga sama. Agar kita dapat menikmatinya
bersama, walau aku tahu kamu tak punya kenangan apapun tentang hujan apalagi
tentang aku. Haha miris. Tapi betul begitu bukan?
Tiga
tahunku tanpa kamu berjalan dengan tangis yang tertahan. Hujan yang setiap
tahun datang tak cukup meluruhkan tentang kamu sang pemilik kenangan. Ia malah
semakin membuat kenangan itu menjadi dan membuat bayangmu terus menari-nari di
dalam angan.
Tapi
beberapa bulan terakhir ini ada orang yang tiba-tiba datang. Membawa mawar
ditengah rintik kenangan yang mengenang. Tapi aku tidak suka dia. Dia datang
tanpa permisi, tidak peduli pada aku pemiliknya yang tak mengijinkan siapapun
masuk ke hatiku, kecuali kamu.
Hingga
tulisan ini aku buat, ia masih terus datang. Sedang aku masih tak peduli dan
sedang berjuang menghapus kamu dalam tidur panjang. Dia bilang, dia tidak
peduli siapapun yang sekarang ada di dalam hatiku. Yang ia pahami, ia harus
segera masuk ke dalam hatiku.
Ya
dia memang bermain kasar. Berbeda dengan kamu yang harus kupaksa masuk. Tapi
dia benar-benar tidak peduli dengan peringatanku. Dan pada akhirnya dia
benar-benar masuk. Masuk ke dalam hatiku, hidupku juga kenanganku.
Bukan
karena dia hebat membobol pintu hatiku. Melainkan aku sendiri, empunya pintu
yang mengijinkan ia masuk. Aku membuka pintunya, dan melihatkan pdanya
bagaimana isi hatiku yang masih berceceran rindu padamu.
Aku
memperbolehkannya masuk. Karena pada akhirnya aku benar-benar tak bisa apa-apa
saat mendengar perkataannya, “Kamu mau membukakan atau tidak pintu hatimu
untukku, itu terserah kamu. tapi untuk kebahagiaanmu, kamu tidak usah ikut
campur. Itu mutlak urusanku.”
Kamu
tahu, harusnya tulisan ini tak kubuat, dan kubirkan menggenang dalam angan.
Tapi aku tak bisa, karena kata selalu yang paling bisa mewakili apa yang
kurasa. Juga saat denganmu dulu, aku banyak menulis kata.
Dan
sekrang ini yang aku rasa. Aku sedang bahagia. Bahgia dengan dia, pemilik kunci
hatiku yang baru. Yang setiap perbuatannya selalu membuatku melayang ke
angkasa. Dan Yang entah bagaimana aku
bisa dibuatnya lupa pada kamu.
Walau
tidak seutuhnya lupa, tapi dia mampu membuat aku menikmati hujan setiap
musimnya tiba. Ya berkat dia, aku bisa memelukmu lagi. Memeluk kenangan yang
dulu kubenci setengah mati, juga memelukmu yang sekrang telah pergi.
Selamat
pagi. Hujan di rumahku masih tinggal rintik-rintiknya saja. Semoga kamu terus
bahagia.
28-6-16
Sumber: my-memory-palace.tumblr.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar