Senin, 01 Agustus 2016

Hujan dan Kenangan yang Baru Datang


Kemarin aku di sana, dibalik jendela menunggu kamu tiba.

 Hari ini di tempatku hujan lagi. aku sebal, setengah mati. Kenangan itu pasti akan datang lagi. Tapi hujan datangnya dari Tuhan. Seharusnya segala hal yang datang dari-Nya disyukuri. Iya. Seharunya aku lebih mendahulukan syukurku daripada amarahku.
Lalu, bagaimana dengan kotamu? Aku harap juga sama. Agar kita dapat menikmatinya bersama, walau aku tahu kamu tak punya kenangan apapun tentang hujan apalagi tentang aku. Haha miris. Tapi betul begitu bukan?

Tiga tahunku tanpa kamu berjalan dengan tangis yang tertahan. Hujan yang setiap tahun datang tak cukup meluruhkan tentang kamu sang pemilik kenangan. Ia malah semakin membuat kenangan itu menjadi dan membuat bayangmu terus menari-nari di dalam angan.
Tapi beberapa bulan terakhir ini ada orang yang tiba-tiba datang. Membawa mawar ditengah rintik kenangan yang mengenang. Tapi aku tidak suka dia. Dia datang tanpa permisi, tidak peduli pada aku pemiliknya yang tak mengijinkan siapapun masuk ke hatiku, kecuali kamu.
Hingga tulisan ini aku buat, ia masih terus datang. Sedang aku masih tak peduli dan sedang berjuang menghapus kamu dalam tidur panjang. Dia bilang, dia tidak peduli siapapun yang sekarang ada di dalam hatiku. Yang ia pahami, ia harus segera masuk ke dalam hatiku.
Ya dia memang bermain kasar. Berbeda dengan kamu yang harus kupaksa masuk. Tapi dia benar-benar tidak peduli dengan peringatanku. Dan pada akhirnya dia benar-benar masuk. Masuk ke dalam hatiku, hidupku juga kenanganku.
Bukan karena dia hebat membobol pintu hatiku. Melainkan aku sendiri, empunya pintu yang mengijinkan ia masuk. Aku membuka pintunya, dan melihatkan pdanya bagaimana isi hatiku yang masih berceceran rindu padamu.
Aku memperbolehkannya masuk. Karena pada akhirnya aku benar-benar tak bisa apa-apa saat mendengar perkataannya, “Kamu mau membukakan atau tidak pintu hatimu untukku, itu terserah kamu. tapi untuk kebahagiaanmu, kamu tidak usah ikut campur. Itu mutlak urusanku.”
Kamu tahu, harusnya tulisan ini tak kubuat, dan kubirkan menggenang dalam angan. Tapi aku tak bisa, karena kata selalu yang paling bisa mewakili apa yang kurasa. Juga saat denganmu dulu, aku banyak menulis kata.
Dan sekrang ini yang aku rasa. Aku sedang bahagia. Bahgia dengan dia, pemilik kunci hatiku yang baru. Yang setiap perbuatannya selalu membuatku melayang ke angkasa. Dan  Yang entah bagaimana aku bisa dibuatnya lupa  pada kamu.
Walau tidak seutuhnya lupa, tapi dia mampu membuat aku menikmati hujan setiap musimnya tiba. Ya berkat dia, aku bisa memelukmu lagi. Memeluk kenangan yang dulu kubenci setengah mati, juga memelukmu yang sekrang telah pergi.
Selamat pagi. Hujan di rumahku masih tinggal rintik-rintiknya saja. Semoga kamu terus bahagia.
28-6-16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar