Ya
sudah kalau akhirnya kau tidak mau menetap.
Selamat tinggal. Bagiku kedatangan atau kepergianmu tak pernah melahirkan sesal |
Jadi
benar dugaanku. ternyata hadirku untukmu hanya pengusir senyap. Aku harusnya tak terlalu berharap. Sebab,
saat akhirnya aku memutuskanmu untuk menjadi pengisi hatiku, kamu diam-diam
memilih pergi enggan membagi hati.
Kalau
akhirnya senaas ini, harusnya kemarin aku tak perlu menghabiskan banyak waktuku
untuk tidur, agar selalu mudah bertemu kamu dalam bunga tidurku. Karena
perjumpaan nyata, terlalu sulit bagi kita. Dan saat aku mencoba untuk ingin percaya,
kau malah hilang tanpa kabar yang menggundahkan jiwa.
Harusnya
sampai akhir aku tetap berpegang pada logikaku, ketimbang perasaan semu yang
bangkit dari tidurnya satu tahun yang lalu. Iya harusnya begitu. Tapi aku
terlalu bersikeras, aku kira perasaan itu yang mampu membuat pipiku terus bersemu merah
jambu.
Aku
hanya terlalu terburu. Tapi bersyukur, perasaanku berjalan belum terlampau
jauh. Karena dari awalpun, untuk bisa berjalan menelusuri jalan menuju hatimu.
Aku harus meraba-raba, Nyatanya aku tersesat dalam pikiranku sendiri yang
membabi buta.
Kamu
tak pernah salah. Walau semua perhatianmu sempat membuatku salah tingkah. Aku
tak akan memaksa untukmu menetap, jika dari awal kau hanya ingin singgah. Sebab
aku tak seegois itu tentang perasaan. yang walau sudah terlanjur berkecambah.
Aku
terluka. Tapi kamu tidak usah khawatir. Aku sudah biasa mengobati luka dengan
tanganku sendiri dan bantuan waktu yang selalu setia mendampingi.
Kalaupun
pada akhirnya nanti kamu memutuskan tetap pergi. Silahkan, aku tak akan menghalangi,
hati wanita manapun bisa kau kunjungi. Tapi bila pilihan awalmu sudah begini,
jangan putar balik untuk kembali.
Sebab
secara tegas aku tak kan menerima. Hatiku bukan mobil mainan yang biasa kau
mainkan saat gigimu dulu baru lima. Maka ketika kau memutuskan pergi,
mematahkan asa yang terlanjur aku tenun. Itu berarti kunci yang dulu pernah
kuberi, harus segera aku ambil. Walau secara paksa.
Tapi
kalau kamu memutuskan untuk menetap. Ah maaf ralat-ternyata aku masih sangat
berharap- jika kau memutuskan untuk pura-pura pergi. Aku tetap tak bisa
menerimanya. Hatiku sudah patah jadi dua. Dan sekali kau patahkan, takkan bisa
kau miliki selamanya.
Kecuali.
Ya masih ada kecualinya, kecuali kamu adalah pemilik tulang rusukku.
7-6-16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar