Bagaimana
takdir bisa semenggelikan ini? Ketika saya begitu percaya bila pertemuan kita
bukanlah keisengan belaka, melainkan cara Allah mempertemukan kita untuk saling
menjalin asa.
Karena
tak pernah saya sangka, pada akhirnya saya harus berhenti. Bukan karena saya
lelah menanti. Tapi yang sekarang saya yakini, perasaan yang mengendap di hati
itu Cuma ilusi. padahal dulu saya selalu mendoakanmu tanpa henti, berharap
mungkin kamulah yang ditakdirkan Allah sebagai tempat saya melabuhkan hati.
tapi nyatanya doa-doa yang selalu kupanjatkan tanpa henti, ijawab lain oleh
sang illahi. kamu ternyata bukan yang selama ini hatiku impi. Kamu Cuma
faamorgana yang mampir sebentar lalu pergi.
Asal
kamu tahu. Sebelum saya memutuskan untuk menulis ini; mengakhiri segala perasaan
yang mengoyak hati. saya berpikir cukup panjang. Tentang
kemungkinan-kemungkinan yang selalu membuatku melayang terbang. Seperti
kemungkinan kamu diam-diam menympan perasaan, kemungkinan kamu selalu
menyimpanku dalam angan, kemungkina kau rindu dengan pertemuan dan
kemungkinan-kemungkina gila, yang membuatku hampir hilang kewarasan. Ya, bahkan
karenamu saya hampir sakit jiwa. Memikirkanmu tanpa jeda, seakan hadirmu adalah
roh bagi jiwsaya yang lara.
Saya
gila kan? Bahkan untuk tersenyumpun saya sulit melsayakannya. Seperti ada
ratusan benang yang menjahit mulut untuk terus terkatup. dan berpikir, hanya kamulah satu-satunya yang
dapat membukanya. setiap malam tiba saya selalu merasa yang paling gila dari
seisi rumah lainnya. saya seperti terasing dari dunia saya sendiri; karena
kamu. karena kamu yang ta kunjung bertamu untuk memecah rindu.
Ketika
kamu tidak mengirimiku pesan, hingga satu bulan berlalu. Saya pikir kamu sibuk
saat itu, hingga tak sempat mengingat saya atau menghubungi saya. Lihat! Saat
itu saya terus menghibur diri, dengan harapan-harapan yang saya sendiri tidak
yakin, apakah ada atau hanya ilusi semata. Tapi hingga saya mengalah untuk
mengirimu pesan lebih dahulu, kamu hanya menjawabnya sambil lalu. Seperti
kehadiranku bukanlah yang kamu rindu. Saat itu aku hanya diam walau hatiku
sedikit lebam. Aku mencoba untuk mengabaikan, tanpa nyatanya perasaan it uterus
menggila tak tertahankan.
Lagi
dan lagi, aku membohongi diri. Saya pikir kamu pasti masih sama sibuknya
seperti saat yang lalu. Sembari menunggu kamu menghubungi, saya terus berdoa,
menghiba pada yang kuasa, semoga ertemuan bukanlah hanya bunga tidur semata.
Hingga akhirnya jawaban doaku tiba, dikirim oleh salah satu tukang pos-Nya. Dia
bercerita banyak hal, bukan tentang kamu sebenarnya, namun ada kaitannya. Dan
jawaban dari doaku selama hampir 4 bulan ini ternyata di jawab indah walau
sedikit kejam, untuk hatiku yang sedang dipenuhi lebam.
Dan
terdapat banyak salah paham yang tak pernah aku sangka. Kamu tidak pernah
menyimpan suka atau bahkan rasa. Hanya aku yang terebak dalam ruang fatamorgana
bersama asa yang tersisa.
Pada
akhirnya doa yang selama ini aku panjatkan, menghendakiku untuk pergi. Segera.
13716
Tidak ada komentar:
Posting Komentar