Moralitas
hanya masalah waktu.
Iya
betul. Itu adalah salah satu pernyatan terkeren dan paling sesuai dengan relita
jaman sekarang, yang saya temukan dari salah satu judul buku.
Sebab
begini, jika hal-hal baik tidak lagi dihargai, maka akan tenggelam bersama
waktu yang terus berputar tanpa henti.
Seperti
yang saya rasakan hari ini. Entah, rasanya saya ingin melepas hal-hal yang
berbau moralitas tersebut dari prinsip hidup saya.
Saya
kecewa. Saya capek. Dan jujur saya ingin marah juga. Dalam satu waktu sekaligus.
Ketika
saya memegang erat prinsip kejujuran dalam hidup saya, tapi dihempaskan begitu
saja hanya karena nilai ulangan saya tidak memenuhi harapannya. Nya disini
siapa, biar saya jelaskan, biar terang. Dia adalah seorang guru. Iya betul
seorang guru. Yang seharusnya sikapnya digugu dan ditiru. Tapi berkat dia, saya
hampir melepaskan prinsip kejujuran saya. Yang selama ini selalu saya
elu-elukan pada diri saya sendiri, bila sesulit apapun kondisinya, saya harus
jujur.
Bahkan
karena pernyataannya, saya hampir berpikir, “Ah besok-besok saya nyontek saja,
ketika ulangan. Biar nilai saya bagus kaya punya teman-teman. Biar saya tidak
mendapat nilai terendah. Dan yang terpenting, biar saya tidak direndahkan oleh
dia, atau mereka? Ah entahlah.”
Saya
sebenarnya ingin “bodo amat” dengan pernyataan yang diutarakannya. Tapi saya
selalu gagal. ini benar-benar menganggu.
Di
depan teman-teman, saya dipermalukan, ditanya “Kenapa ulanganmu bisa dapat
nilai terendah? Maka dari itu, jangan terburu-buru. Masa masih baru ngerjain
beberapa menit, sudah selesai.”
Baik.
Bila saat itu saya tdak bisa mengkonfirmasi langsung padanya. Maka di sini akan
saya tulis, tidak peduli nanti beliau membaca atau tidak. Tapi biar tulisan
ini, menjadi penenang untuk hati saya yang sedang gaduh.
Iya
betul. Saya memang mengerjakan ulangan tersebut, dalam waktu yang cukup
singkat. Karena sebelumnya, memang sudah diberikan kisi-kisi mengenai ulangan
yang akan keluar kan? Jadi saya pelajari, latihan-latihan soal tersebut
habis-habisan, berdiskusi dengan beberapa teman, juga berharap semoga ulangan
kali ini mendapat nilai yang lumayan.
Dan
ketika saya membuka soal-soal ulangan yang sesungguhnya, ternyata benar, tidak
jauh beda. Saya bersyukur, sudah sempat mempelari sebelumnya. Jadi saya santai
sekali mengerjakannya, malah beberapa kali bergurau dengan teman di samping
kanan kiri saya. Padahal itu ulangan tengah semester. Tapi saya tenang, karena
saya sudah mempelajari sebelumnya.
Tidak
butuh banyak waktu untuk saya, dan teman-teman mengerjakan ulangan yang diajukan. Sehingga
setekah selesai, saya langsung menekan tombol finish. Tapi karena saya dan teman samping saya, sedikit
dilingkupi rasa khawatir, kami akhirnya bertukar handphoneuntuk kemudian menekan tombol finish, setidaknya dengan
itu kami tidak terlalu kaget dengan hasilnya nanti. Walau kami yakin, kami akan
mendapat nilai bagus.
Dan.
Boom. Nilai yang saya dapatkan tidak sesuai harapan.
Apakah
saya kecewa? Iya dan tidak.
Tidak,
karena saya jujur selama ulangan ini. Walau saya satu, dua kali sempat “nakal”
mengakali ulangan ini.
“Bodoh. Itu namanya tidak jujur,” kata pikiran saya
mengingatkan.
Iya
kecewa, karena ekspektasi saya jauh lebih tingggi dari ini, walau nilai saya
sudah mencapai nilai KKM. Dan yang paling membuat saya kecewa. Kejujuran saya
tidak dihargai.
Baik.
Sebelumnya akan saya konfirmasi. Ada satu atau dua soal, entahlah saya lupa.
Yang saya terpaksa bertanya pada teman.
Mungkin
ini hukuman dari Allah.
Ketidakjujuran
memang selalu berdampak kurang baik.
Kalau
sudah begini, apa yang bisa saya banggakan? Nilai baik? Bukan. Kejujuran. Sudah
tidak lagi bisa.
Tapi
biarkan saya sampaikan pembelaan saya.
Dibanding
teman-teman yang memang kebanyakan berdiskusi dengan teman lainnya saat ulangan.
Saya tidak pernah mau melakukan itu. Tapi entah, hari ini memang seperti ujian
untuk saya. Kondisi memaksa saya berbuat hal demikian. Saya dan teman-teman
ulangan, di ruang perpustakaan, yang tempat duduk antara satu dan lainnya,
terpkasa harus berdekatan karena minimnya ruang.
Dan
saya akan kembali lagi ke pembelaan saya.
Ulangan
yang sebelumnya. Saya pure jujur.
Walau saya mendapat nilai yang kurang maksimal.
Tapi
saya masih bisa bahagia. Walau nilai saya jauh dari teman-teman. Walau guru
saya tidak menghargai saya. Walau kemudian saya dipandang sebelah mata. Bah! Karepmu! Bodo amat!
Tapi
hari ini, adalah puncak dari segala kekecewaan saya.
Benar.
Moralitas hanyalah masalah waktu.
Tidak
peduli kapanpun itu, pasti ada waktu-waktu tertentu yang membuat kita harus terpaksa
atau dipaksa melepas prinsip tersebut.
Bisa
jadi, banyak orang di luar sana, yang sekarang mencuri, korupsi, adalah orang
yang jujur sebelumnya. Tapi karena tidak dihargai, mereka merasa percuma. Hidup
seperti tak ada lagi nikmatnya. Walau Allah sedang menyiapkan hadiah untuk
kejujuran kita. Tapi karena gelap mata, ya sudah bohongin orang saja.
Ah.
Dunia itu jahat.
Tapi
setidaknya hari ini, saya belajar banyak. Biarlah bila saya dihujat. Selama kejujuran
masih saya pegang erat. Saya tidak peduli.
Maafkan
saya ya, ya Allah. Saya nakal hari ini. Mungkin kejadian tadi, hukuman untuk
saya. Tidak papa.
Walau
hati saya sempat babak belur.
Tapi
semoga mempertebal keyakinan untuk diri saya, dan kamu yang membaca. Bila
kejujuran tidak akan pernah ada ruginya.
Setidaknya
nanti di akhirat, ada amalan yang bisa kamu “banggakan”.
Kan
bisa nanti waktu dipengadilan-Nya bilang gini, “Ya Allah, selama hidup saya
selalu berbuat dan berkata jujur waktu ulangan, padahal teman-teman lainnya
nyontek. Boleh ya, Ya Allah, minta tempat di surga?”
Ehe.
Asik nggak tuh.
Ya
alhamdulillah. Sekarang saya sudah mulai tenang.
Ya
sudah ya. Sudah malam di sini. Mau belajar dulu buat ulangan besok.
51016
20.54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar