Menyedihkan
memang, ketika harapan sudah terlanjur tumbuh, lalu layu begitu saja ditebas
oleh kegagalan, dan yang lebih memilukan lagi, hal tersebut terjadi ketika
usiamu utuh berkurang satu.
Berulang
kali, saya ingin selalu mengganti kata kegagalan menjadi kemenangan yang
tertunda. Tapi selalu gagal. Entah mengapa otak saya selalu berontak, walau
hati sudah berupaya habis-habisan menenangkan.
Tapi
sayapun juga bisa apa. Menghindari kekalahan tidak pernah baik akibatnya,
bahkan cenderung buruk. Lebih baik hadapi, kalau sakit, sakit sekalian. Iya begitu lebih baik, saya pikir.a
Seperti
hari ini. Hati saya pecah. Entah jadi berapa, saya tidak sempat menghitungnya.
Hari
ini hari ulang tahun saya. Saya pikir lomba ini, akan jadi hadiah ulang tahun
dari Allah untuk saya. Tapi nyatanya tidak. Saya dibuat gagal, dibuat sedih,
dibuat kecewa dan yang paling penting dibuatnya saya merenungi banyak hal yang
harusnya saya syukuri terlebih dahulu, sebelum saya melakukan tiga poin sebelumnya.
Kegagalan
ini, memang buakan yang pertama buat saya. Dan sayapun juga sudah biasa
melakukannya. Tapi entah kenapa saya bisa sealay ini menghadapinya. Mungkin
karena dari awal saya sudah membangun harapan yang sedemikian kokohnya,
menumpukan segala keinginan saya pada sebuah harapan yang saya karang-karang
sendiri.
Saya
pikir hari ini, saya bisa membahagiaakan ibu saya, lewat lomba ini. Setidaknya
membantu mengurangi bebannya. Sayang saya gagal, dan saya kecewa berat.
Tapi
pada akhirnya di sinilah saya, menuliskan segala apa yang tertera di hati saya.
Saya
tahu Allah sedang menghukum saya, walau hari ini adalah tepat hari saya lahir
dari rahim ibu saya. Sebab saya hanya terlalu sombong pada lomba ini,
menganggap bila lomba ini akan saya menangkan secara mudah tanpa banyak
pengorbanan berdarah-darah. Padahal kesombongan adalah pakaian-Nya, dan
berani-beraninya saya memakainya walau hanya sebentar saja.
Bodoh.
Iya
saya tahu.
Dan
lewat kegagalan ini pula, saya diberitahu bila kemenangan dari lomba ini,
bukanlah satu-satunya tolak ukur kebahagiaan saya. Ya ternyata masih banyak
kebahagiaan yang Allah sediakan untuk saya, jauh-jauh sebelum hari ulang tahun
saya, bahkan sebelum saya terbentuk di rahim ibunda.
Jadi
lewat tulisan ini, akan kutuliskan sebuah surat untuk Allah.
Terimakasih
untuk Tuhanku, Allah.
Telah
mengaruniaku seorang Ibu yang sedemikian hebatnya, menjaga saya, mengorbankan
segalanya untuk saya.
Terima
kasih. Ini kado terbaik dari-Mu. Untuk usia saya yang ke 17 tahun.
Semoga
tahun depan. Saya masih bisa menghabiskan waktu besamanya, mendengar omelannya,
melihat kesusah payahannya mengatur anak-anaknya, merasakan hangat kasihnya
yang walau tidak ia ungkapkan secara terang-terangan. Tapi saya tahu, di
hatinya da cinta yang besar.
Kegagalan
sebesar apapun, akan bisa saya lalui bila ada dia di samping saya. :))
24Sept16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar