Minggu, 02 Oktober 2016

Catatan si Bodoh yang Ulang Tahun

Menyedihkan memang, ketika harapan sudah terlanjur tumbuh, lalu layu begitu saja ditebas oleh kegagalan, dan yang lebih memilukan lagi, hal tersebut terjadi ketika usiamu utuh berkurang satu.

Berulang kali, saya ingin selalu mengganti kata kegagalan menjadi kemenangan yang tertunda. Tapi selalu gagal. Entah mengapa otak saya selalu berontak, walau hati sudah berupaya habis-habisan menenangkan.
Tapi sayapun juga bisa apa. Menghindari kekalahan tidak pernah baik akibatnya, bahkan cenderung buruk. Lebih baik hadapi, kalau sakit, sakit sekalian. Iya begitu lebih baik, saya pikir.a
Seperti hari ini. Hati saya pecah. Entah jadi berapa, saya tidak sempat menghitungnya.
Hari ini hari ulang tahun saya. Saya pikir lomba ini, akan jadi hadiah ulang tahun dari Allah untuk saya. Tapi nyatanya tidak. Saya dibuat gagal, dibuat sedih, dibuat kecewa dan yang paling penting dibuatnya saya merenungi banyak hal yang harusnya saya syukuri terlebih dahulu, sebelum saya melakukan tiga poin sebelumnya.
Kegagalan ini, memang buakan yang pertama buat saya. Dan sayapun juga sudah biasa melakukannya. Tapi entah kenapa saya bisa sealay ini menghadapinya. Mungkin karena dari awal saya sudah membangun harapan yang sedemikian kokohnya, menumpukan segala keinginan saya pada sebuah harapan yang saya karang-karang sendiri.
Saya pikir hari ini, saya bisa membahagiaakan ibu saya, lewat lomba ini. Setidaknya membantu mengurangi bebannya. Sayang saya gagal, dan saya kecewa berat.
Tapi pada akhirnya di sinilah saya, menuliskan segala apa yang tertera di hati saya.
Saya tahu Allah sedang menghukum saya, walau hari ini adalah tepat hari saya lahir dari rahim ibu saya. Sebab saya hanya terlalu sombong pada lomba ini, menganggap bila lomba ini akan saya menangkan secara mudah tanpa banyak pengorbanan berdarah-darah. Padahal kesombongan adalah pakaian-Nya, dan berani-beraninya saya memakainya walau hanya sebentar saja.
Bodoh.
Iya saya tahu.
Dan lewat kegagalan ini pula, saya diberitahu bila kemenangan dari lomba ini, bukanlah satu-satunya tolak ukur kebahagiaan saya. Ya ternyata masih banyak kebahagiaan yang Allah sediakan untuk saya, jauh-jauh sebelum hari ulang tahun saya, bahkan sebelum saya terbentuk di rahim ibunda.
Jadi lewat tulisan ini, akan kutuliskan sebuah surat untuk Allah.
Terimakasih untuk Tuhanku, Allah.
Telah mengaruniaku seorang Ibu yang sedemikian hebatnya, menjaga saya, mengorbankan segalanya untuk saya.
Terima kasih. Ini kado terbaik dari-Mu. Untuk usia saya yang ke 17 tahun.
Semoga tahun depan. Saya masih bisa menghabiskan waktu besamanya, mendengar omelannya, melihat kesusah payahannya mengatur anak-anaknya, merasakan hangat kasihnya yang walau tidak ia ungkapkan secara terang-terangan. Tapi saya tahu, di hatinya da cinta yang besar.
Kegagalan sebesar apapun, akan bisa saya lalui bila ada dia di samping saya. :))
24Sept16


Tidak ada komentar:

Posting Komentar