Tapi
tidak apa, aku akan terus menuliskannya.
Hari
ini entah akan jadi mimpi buruk atau kenangan yang bisa aku dan teman-teman
tertawakan saat reuni nanti. Bagaimana tidak,
Hari
ini kami dikejar orang gila! Eh biarku ralat, terlalu kasar aku rasa.
Kami
dikejar orang yang kira-kira memiliki gangguan jiwa.
Eh,
tidak tahu juga sih. Apa dia benar-benar
seperti atau tidak. Tapi teman-teman bilang, dia kurang waras, hanya
karena cara berjalannya, cara menatapnya, dan cara-cara lainnya yang tidak
normal. Tapi yang terpenting dari itu semua, kenapa kemudian kami jadi
ketakutan adalah, salah satu teman kami, ada yang kaos kakinya penrah diambil
oleh orang itu, saat kami sholat di masjid agung, depan sekolah kami.
Aneh.
Cuma karena itu dan beberapa indikator abal-abal, dengan mudahnya kami
menyimpulkan hal tersebut.
Dan
hari ini adalah pengalaman pertamaku, bertemu dengannya. Awalnya yang aku pikir
biasa dan tenang-tenang saja, jadi bubrah dan membuat aku dan teman lainnya
harus lari mondar-mandir di dalam masjid.
Memalukan.
Iya. Tapi kami juga ketakutan. Lantas bila seperti ini, apakah logika masih
berjalan? Cuma insting menyelamatkan diri yang berjalan.
Dan
sholat yang harusnya berjalan dengan aman, menjadi semacam rasa ketakutan yang
tak terbayangkan. Kami seperti sholat ditengah perang. Penuh ketakutan dan
kekhawatiran. Khawatir, bila dia mendekat bersama pisau yang dia bawa di
tangannya, kemudian melukai kami.
Jahat.
Iya. Kami jahat. Kami menyimpulkan dia terlalu berlebihan. Padahal dia hanya
menoleh sekelabatan saja, kami sudah terbirit-birit ingin lari.
Apalagi
setelah itu, setelah kami anggap kondisi sudah “aman” dan sudah selesai sholat,
dengan cara salah satu dari kami menjaga, bila-bila dia mendekat. Kami
memutuskan berfoto di halaman masjid.
Dan
ini mungkin klimaksnya.
Dia
datang lagi. Dia berjalan ke arah kami!
Tidak
perlu ditebak-tebak apa yang kami lakukan. Jelas. Kami berlari secepat mungkin.
Sampai
memastikan, kondisi sudah benar-benar aman. Kami berjalan kembali ke sekolah,
dengan derai tawa bercampur rasa lelah dan sisa-sisa rasa takut.
Gila.
Ini salah satu momen tergila.
Bagaimana
kami bisa semenggelikan ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar