Rabu, 05 Oktober 2016

Dikejar Orang Gila


Debar jantungku belum habis, saat menulis cerita ini.
Tapi tidak apa, aku akan terus menuliskannya.
Hari ini entah akan jadi mimpi buruk atau kenangan yang bisa aku dan teman-teman tertawakan saat reuni nanti. Bagaimana tidak,
Hari ini kami dikejar orang gila! Eh biarku ralat, terlalu kasar aku rasa.

Kami dikejar orang yang kira-kira memiliki gangguan jiwa.
Eh, tidak tahu juga sih. Apa dia benar-benar  seperti atau tidak. Tapi teman-teman bilang, dia kurang waras, hanya karena cara berjalannya, cara menatapnya, dan cara-cara lainnya yang tidak normal. Tapi yang terpenting dari itu semua, kenapa kemudian kami jadi ketakutan adalah, salah satu teman kami, ada yang kaos kakinya penrah diambil oleh orang itu, saat kami sholat di masjid agung, depan sekolah kami.
Aneh. Cuma karena itu dan beberapa indikator abal-abal, dengan mudahnya kami menyimpulkan hal tersebut.
Dan hari ini adalah pengalaman pertamaku, bertemu dengannya. Awalnya yang aku pikir biasa dan tenang-tenang saja, jadi bubrah dan membuat aku dan teman lainnya harus lari mondar-mandir di dalam masjid.
Memalukan. Iya. Tapi kami juga ketakutan. Lantas bila seperti ini, apakah logika masih berjalan? Cuma insting menyelamatkan diri yang berjalan.
Dan sholat yang harusnya berjalan dengan aman, menjadi semacam rasa ketakutan yang tak terbayangkan. Kami seperti sholat ditengah perang. Penuh ketakutan dan kekhawatiran. Khawatir, bila dia mendekat bersama pisau yang dia bawa di tangannya, kemudian melukai kami.
Jahat. Iya. Kami jahat. Kami menyimpulkan dia terlalu berlebihan. Padahal dia hanya menoleh sekelabatan saja, kami sudah terbirit-birit ingin lari.
Apalagi setelah itu, setelah kami anggap kondisi sudah “aman” dan sudah selesai sholat, dengan cara salah satu dari kami menjaga, bila-bila dia mendekat. Kami memutuskan berfoto di halaman masjid.
Dan ini mungkin klimaksnya.
Dia datang lagi. Dia berjalan ke arah kami!
Tidak perlu ditebak-tebak apa yang kami lakukan. Jelas. Kami berlari secepat mungkin.
Sampai memastikan, kondisi sudah benar-benar aman. Kami berjalan kembali ke sekolah, dengan derai tawa bercampur rasa lelah dan sisa-sisa rasa takut.
Gila. Ini salah satu momen tergila.
Bagaimana kami bisa semenggelikan ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar