Kamis, 09 Februari 2017

Saya putuskan untuk tidak memberi judul pada postingan ini.



Dua hari yang lalu saya nonton film Ngenest.
Film ini jika dilihat, sekilas yang tampak adalah mengenai keinginan Ernest menuangkan keresahannya, yang sering diperlakukan berbeda hanya karena dia keturunan etnis China.
Tapi dibanding itu, saya pikir, film ini memiliki makna lebih dalam.

Ada satu bagian di dalam film. Mungkin tidak tampak menonjol. Tapi ini yang menjadi akar permasalahan, sejak Ernest bertemu istrinya.
Mengenai keterbukaan.
Sepanjang film saya terus memikirkan itu.
Ernest mungkin resah dengan statusnya sebagai keturunan China. Tapi ada yang lebih ia resahkan, yang sayangnya tidak ia ungkapkan pada istrinya sejak awal memutuskan menikah. Tentang ketakutan Ernest. ketakutan jika anaknya nanti akan diperlakukan sama berbedanya dengan dia di masa lalu. Padahal harapannya, jika ia menikah dengan Meira, ia dapat menghindari “kutukan” Cina tersebut.
Sayangnya Ernest tidak mengutarakan keresahan ini pada Meira. Entah bagaimana kenyatannya. Tapi tulisan saya ini hanya akan saya dasarkan pada film yang sudah saya lihat.
Dan pernikahan yang awalnya berjalan sangat menggemaskan, tiba-tiba rusak karena keresahan Ernest yang tak kunjung padam. Kata tiba-tiba mungkin tidak tepat. Karena Ernest sendiri sudah menyimpan bom waktunya sejak awal pertemuan.
Dan akhirnya boooom.
Ernest memutuskan lari dari dunia yang menekannya semakin dalam. Ke tempat yang sama saat dulu dia berlindung dari jahatnya amukan duni.
Satu kalimat yang saya ingat betul, dikatakan oleh sahabat Ernest, Patrick. Ketika ia harus berusah-susah mencari Ernest yang “kabur” beberapa saat sebelum Meira melahirkan anak pertama mereka.
“Dulu kita sering ke sini untuk sembunyi dari dunia. Tapi sekarang elo akan jadi ayah. Elo yang akan jadi dunianya dia.”
Intinya, elo ngga bisa sembunyi lagi. Elo nggak bisa jadi pengecut lagi. Dunia emang gini, siap nggak siap elo harus hadapin.
Dan ya, akhirnya Ernest menemukan kembali “nyawanya”. Dia tahu, dia nggak harus sepengecut itu. Dia nggak harus seakut itu. Dan dia nggak harus menyimpan semua keresahannya sendiri.
Ada hal yang ingin sekali saya sampaikan kepada Ernest, begini:
Ernest, kamu sudah punya istri. Kamu bisa berbagai banyak hal kepadanya. Saya yakin dia perempuan yang kuat.  Entah suka ataupun duka yang kamu bagikan, dia akan tetap di sampingmu, menjaga kamu.
Honestly, saya tidak melihat sedikitpun ketakutan itu pada dirimu yang sekarang, mungkin kamu sudah tumbuh lebih kuat, dengan wanita yang juga sama kuatnya dengan kamu ketika harus menjalani sulitnya hidup. Tetap bahagia. Tetap sekeren sekarang. Dan tetap menjadi dunia yang ajaib, tidak hanya untuk anak atau istrimu tapi juga untuk semua yang mengagumimu.
Oh dan tentu juga untuk para pembencimu. Karena mereka yang mendorongmu untuk lebih dan lebih kuat lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar