Kamis, 31 Maret 2016

Tengah MalamTadi (tidak) Jadi Hujan

            Tengah malam tadi tidak hujan di kotaku, Mas. Bagaimana dengan kotamu?
Semoga tidak sama. Karena aku benar-benar berharap hujan datang meluruhkan luka. Minimal lukamu meluruh bersama hujan malam tadi. Sehingga tidak ada (lagi) alasan untukmu bersedih ataupun kecewa karena perpisahan kita. Ah, sebentar. Apa perpisahan itu benar-benar ada bagimu, di saat mungkin kau menganggap aku hanya seseorang yang datang sekelabatan saja dalam hidupmu.
            Tapi ternyata hujan baru datang pagi ini. Hanya rintik. Tapi sudah cukup membuat hatiku (sedikit) membaik. Mungkin akan kembali memburuk, bila hujan yang lebih lebat, tak benar-benar datang berkunjung. Karena sesungguhnya ada alasan lain. Aku benar-benar rindu menatap hujan dalam diam, kemudian mengenangmu dalam pelukan. Seperti dua tahun lalu. Ah, kenangan.
            Waktu dan hujan adalah peluruh luka terbaik. Meluruhkan luka dari kesakitan-kesakitan yang tercipta. Meluruhkan kenangan-kenangan yang menyekik dada. Semoga. Waktu telah bergerak, menuju bulan baru. Semoga kenangan segera berganti dengan harapan. Dan kamu yang tiba-tiba datang. Ah betapa menyenangkan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar