Tengah malam tadi tidak hujan di
kotaku, Mas. Bagaimana dengan kotamu?
Semoga tidak sama. Karena aku benar-benar
berharap hujan datang meluruhkan luka. Minimal lukamu meluruh bersama hujan
malam tadi. Sehingga tidak ada (lagi) alasan untukmu bersedih ataupun kecewa
karena perpisahan kita. Ah, sebentar. Apa perpisahan itu benar-benar ada
bagimu, di saat mungkin kau menganggap aku hanya seseorang yang datang
sekelabatan saja dalam hidupmu.
Tapi ternyata hujan baru datang pagi
ini. Hanya rintik. Tapi sudah cukup membuat hatiku (sedikit) membaik. Mungkin
akan kembali memburuk, bila hujan yang lebih lebat, tak benar-benar datang
berkunjung. Karena sesungguhnya ada alasan lain. Aku benar-benar rindu menatap
hujan dalam diam, kemudian mengenangmu dalam pelukan. Seperti dua tahun lalu. Ah,
kenangan.
Waktu dan hujan adalah peluruh luka
terbaik. Meluruhkan luka dari kesakitan-kesakitan yang tercipta. Meluruhkan kenangan-kenangan
yang menyekik dada. Semoga. Waktu telah bergerak, menuju bulan baru. Semoga kenangan
segera berganti dengan harapan. Dan kamu yang tiba-tiba datang. Ah betapa
menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar