Kamis, 11 Desember 2014

Mungkin, Aku Terlalu Mencintaimu


Pagi ini hujan, untuk yang kesekian kalinya di bulan Desember. Dingin. Mungkin secangkir kopi manis dapat sedikit menghangatkan. Atau mungkin secangkir teh hangat juga cukup menggiurkan. Hei, kau mau pilih yang mana, kopi atau teh? Oh iya aku lupa, kau penggemar jahe hangat ya, yang dengan sejuta manfaatnya kau anggap lebih cepat menghangatkan serta menyehatkan badanmu. Padahal kau harusnya tau, dekapanku mungkin bisa lebih hangat dari secangkir atau segelas jahe kesukaanmu sekalipun. Oh lihat! Bicaraku mulai nglantur tak berarah.  Tapi bukankah cerita ini jelas mengarah kepadamu. Entahlah ini untuk yang kesekian kalinya terjadi. Begitu mudah memasukkanmu dalam setiap hal yang aku bicarakan, semudah menjagamu dalam kenangan.



 Baru-baru ini aku sedang merenungkan suatu hal . bukan sesuatu hal yang besar sebenarnya. Ini menyangkut "kita". Kita di sini kuberi tanda petik karena aku sedikit ragu benar tidak adanya "kita" diantara aku dan kamu. Begini, sudah sejak lama sebenarnya aku merenungkan ini. Aku ingin memutuskan untuk berhenti menunggumu. Karena entah mengapa aku mulai ragu apa kau akan berlabuh di dermagaku atau dermaga yang lain. Karena kau tahu banyak hal mencoba untuk membuatku berhenti. Ya seperti angin yang tiba-tiba berbisik di telingaku, "Dia mungkin sudah menemukan pelabuhannya sekarang; dan itu bukan kamu". Sebenarnya aku ingin berhenti. Tapi ini tak semudah kelihatannya. Kau tahu, entah mengapa hingga kini aku masih bertahan walau sebenarnya debur ombak mencoba mempupus tekadku, walau gemuruh angin melapukkan asaku. Tapi lihat! Aku mesih terus bertahan hingga kini, mungkin karena aku terlalu mencintaimu.
Selamat Pagi, semoga hujan hari ini cepat reda.

                                                                                           Pare. 11 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar