Pagi ini hujan, untuk yang kesekian kalinya di
bulan Desember. Dingin. Mungkin secangkir kopi manis dapat sedikit
menghangatkan. Atau mungkin secangkir teh hangat juga cukup menggiurkan. Hei,
kau mau pilih yang mana, kopi atau teh? Oh iya aku lupa, kau penggemar jahe
hangat ya, yang dengan sejuta manfaatnya kau anggap lebih cepat menghangatkan
serta menyehatkan badanmu. Padahal kau harusnya tau, dekapanku mungkin bisa
lebih hangat dari secangkir atau segelas jahe kesukaanmu sekalipun. Oh lihat! Bicaraku
mulai nglantur tak berarah. Tapi bukankah
cerita ini jelas mengarah kepadamu. Entahlah ini untuk yang kesekian kalinya
terjadi. Begitu mudah memasukkanmu dalam setiap hal yang aku bicarakan, semudah
menjagamu dalam kenangan.
Baru-baru
ini aku sedang merenungkan suatu hal . bukan sesuatu hal yang besar sebenarnya.
Ini menyangkut "kita". Kita di sini kuberi tanda petik karena aku
sedikit ragu benar tidak adanya "kita" diantara aku dan kamu. Begini,
sudah sejak lama sebenarnya aku merenungkan ini. Aku ingin memutuskan untuk
berhenti menunggumu. Karena entah mengapa aku mulai ragu apa kau akan berlabuh
di dermagaku atau dermaga yang lain. Karena kau tahu banyak hal mencoba untuk
membuatku berhenti. Ya seperti angin yang tiba-tiba berbisik di telingaku,
"Dia mungkin sudah menemukan pelabuhannya sekarang; dan itu bukan kamu".
Sebenarnya aku ingin berhenti. Tapi ini tak semudah kelihatannya. Kau tahu, entah
mengapa hingga kini aku masih bertahan walau sebenarnya debur ombak mencoba mempupus
tekadku, walau gemuruh angin melapukkan asaku. Tapi lihat! Aku mesih terus
bertahan hingga kini, mungkin karena aku terlalu mencintaimu.
Pare. 11 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar